DAFTAR JUDUL PUISI
RAKAI
LUKMAN DALAM BUKU (ANTOLOGI) BANJIR BANTARAN BENGAWAN
No.
|
JUDUL PUISI
|
PENYAIR
|
1.
|
Ketika Sore
|
Rakai Lukman
|
2.
|
Sekolah Dinegeriku
|
Rakai Lukman
|
3.
|
Tanah Merah Kelahiran
|
Rakai Lukman
|
4.
|
Kesunyian II
|
Rakai Lukman
|
5.
|
Pantai Senja
|
Rakai Lukman
|
6
|
Perpustakaan Semesta
|
Rakai Lukamn
|
Download puisinya, klik aja; DOWNLOAD PUISI
Karya:Rakai Lukman
Sore itu
Bukan malam yang makam
Bukan senja yang muram
Jingga langit di katup matamu
Butir tangis daun kemarau
Memanggil hujan situasi
Ranah yang remah
Remah yang remang
Gamang menggelombang
Menumis sketsa pancaroba
Yang sempat tuntas
Rasa iri yang mendayuh
Mengayuh perahu jalanmu
Jalan yang kelok
Kelok yang simpang
Kesiur melenakan pembaca jejakmu
Jejak yang karat
Jejak berlumut, hilang dimakam waktu
Jarum jam yang sembunyi
Lenyap pada soreku
Memangil kembali roh
Roh yang kutanam dalam tumit
Tumit ibu yang rumit
Kembali kugali
Menuntaskan pada saudara
Saudara yang tak sampai
Di altar persembahan dunia
Bukan aku yang menggila
Dunia menggigil di tapakmu
Aku terperangkap dalam garis kaki
Yang menjadi puzzle
Memaksaku sebagai buruh
Yang tersapu badai selepas bekerja
Namun kupilih sembunyi di pangkuan
Sore yang ibu
April 2009
Sekolah
Dinegeriku
Karya:Rakai
Lukman
Sekolah negeri ini melahap kepalaku
Sejak kanak-kanak. Ayah
Kurikulumnya gigi geraham
Taringnya kebijakan yang acak-acakan
Seperti rambut singa sehabis beradu
Liurnya bersubsidi menetes ke tulang-tulang
Lidahnya menjulur
Menjilat-jilat kulit wajahku
Biayanya melambung- lambung
Terbangkan impian anak jelata
Berkedok tiket keberangkatan berupa ijazah, ayah
Sekolah negeri ini hanya mitos
Sajiannya potret pencitraan
Hidup mapan kecukupan
Sedang ladang di kampung
Dikeruk tanahnya, juga kantongmu, ayah
Atas putih, bawah merah
Adalah seragam pemburu binatang liar
Yang berlarian di buku dan mulut guru
Sekolah sudah belah
Sejak berubah gedung mewah
Seperti mall yang berkios-kios
Menjeratku untuk belanja
Dengan keringat dan darahmu, ayah
Gresik, 2010
TANAH
MERAH KELAHIRAN
Karya:Rakai Lukman
Tanah merah jabang bayi merah
Lahirlah tangis suka cita, pesta kecil alakadar
Polopendem:
singkong
rebus, jagung bakar
Kacang tanah berbaur dalam syukur
Menambung kisah meriah sukma
Ditanah merah bayi mungil di bandulan waktu
Ditimang buyut dikodang – kodang, dimanja-manja
Kelak menjemput matahari, mencari tirta kahuripan
Aliri sawah dan ladang kalbu yang kerontang
Bebersihruh sanak famili dari timbunan debu
Dan semak belukar
Melentur watak yang terlanjur kaku
Penentram pikir terlampau ngiluh
Ditanah merah puterah merah
Bermain bersama gugus bintang
Rembulan molek menari gemulai
Gobak sodor, lompat temali, petak umpet
Perang air comberan
Ribuan tawa bermekaran, ratusan cinta menyatu padu
Guyup memutar nyanyian takdir
Beriring irama jangkrik dan lolong anjing
Berbagi teduh dan riang berhamburan kepucuk-pucuk daun
Ditanah merah putera merah digigit gelisah
Jalan dan gang sempit desa berpaving
Tak bisa bermain kecipak air genangan hujan
Tak ada layang – layang tersangkut didahang dan tiang
listrik
Dengung sepeda motor, truk pengangkut batu
Rumah – rumah berpongah ria
Pohon – pohon mangga tak semanis cerita
Berbagi pada tetangga tak berpunya
Tanah merah tak lagi merah
Melekar – melekar merayu mesrah
Demi atribut haji dan title sikaya harta
Tanah terhampas cukong dan saudagar kota
Penghuni desa melongo serupa kebo
Malekar – malekar okang – okang diteras rumah
Melototi mobilnya sembari cekikik bangga
Gresik, 07 Juli 2012
Kesunyian
II
Karya:Rakai Lukman
Sajadah menampung cemasku
Tergeletak dimusholah rumah
Mushaf berdebuh jarang kujabah
Butir – butir tasbih berkarat
Kitab – kitab kuning yang berayap berserakan
Sorban putih mangkak bercak tai cicak
Songkok hitam pudar mulai rontok
Bibirku retak – retak dilanda kemarau
Aku gelisah menista dzikir, hijaiyah berwajah muram
Diluar mendung berarak memanggil air mata
Duka ini duka lusuh
Tak bersentuh tak berpinta
Merindu kecup manis lembar – lembar mushaf
Jari jemari kaku memilin butiran tasbih
Aroma sajadah yang wangi berganti pengap,
Deguk dada gagak taubah
Digilas – gilas hasrat
Aku pandai celoteh
Tergolek lemas ditelan mimpi
Dihimpit sunyi.
Desember, 2016-maret2017
Pantai
Senja
Di rimbun pasir nadi bergolak
Dia menempa angan
Menunggang angin
Betualang dilidah tombak
Menuju samudera raya
Mencapai gegap gempita
Mengusir jejak dipantai purba
Ia tegun sembari menggunting daun
Membaca waktu yang henti
Memunggut tapak sriti yang hanyut
Terbawa gelombang senja
Terbuai angin tenggara
Langit utara memerah dijantungnya
Ia ingin mendekap semesta
Gresik, November 2012
Perpustakaan
Semesta
Karya:Rakai Lukman
Jemari letih membuka lembar demi lembar kitab kuno
Nostalgia huruf – huruf pegon, bertebaran di perpus semesta
Kupungut satu demi satu, tanggal berkali berulang
Serupa naluriku yang tak genap berkaca
Huruf – huruf renta, beruban, tubuhnya bengkok
Pemanggil suara ghaib, berceloteh dijantung:
Kau hanya angin kecil, silirmu terpangangg matahari
Riak – riak kecil samudera kearifan,berhampur dilangit –
langit
Risalah – risalah, petuah – petuah mengurubung lampu neon
Tak jatuh, tak tumbuh didada kiriku
Shuhuf – shuhuf para nabi dikerajaan dengan angka – angka
naif
Yang dihitung unlimited, dikejar orang – orang bermata nalar
Budak malapetaka, duka yang tak dinyana
Diperpustakaan buku – buku masih rapi
Tangan – tangan enggan tegur sapa
Aku dhoif, tak berencana, ditampar sunyi berkali berulang
Mencintaimu buku -buku tua
Pegon, aksara jawa, uapmu menjelma sendawa
Gurau tawa orang – orang renta
Yang enggan kunjung diperpus semesta
Dukun, februari 2017
0 komentar:
Posting Komentar